Rabu, 10 Januari 2018

KOMPOSISI, KATA MAJEMUK

NAMA : Septi Zubaidah
NIM : 166036
KELAS : BINA 2016 A
KOMPOSISI
A. Pengertian komposisi 
Menurut Abdul Chaer (2008:209) komposisi adalah proses penggabungan dasar dengan dasar (biasa berupa akar maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu konsep yang belum tertampung dalam sebuah kata.
1. Komposisi dalam peristilahan
Menurut Abdul Chaer (2008:210) ada beberapa istilah yang selama ini digunakan dalam berbagai literatur tata bahasa Indonesia. Istilah pertama yang banyak digunakan adalah kata majemuk (lihat Alisjahbana, 1953). Istilah ini digunakan untuk mengacuh kepada konsep gabungan dua buah kata atau lebih yang memiliki makna baru. Misalnya, bentuk kumis kuncing dalam arti sejenis tanaman yang ... adalah sebuah kata majemuk; tetapi kumis kucing dalam arti kumis dari seekor kucing bukanlah kata majemuk.
Dari uraian diatas dapat ditarik dua kesimpulan. Pertama, konsep kata majemuk seperti yang dimaui Alisyahbana adalah identik dengan konsep idiom dalam kajian simantik. Kedua, dibuatnya dikolomi kata majemuk dan bukan kata majemuk.
Fokker (1951) menggunakan istilah kelompok kata, yang dibedakannya atas kelompok longgar dan kelompok erat. Kelompok longgar dimaksudkan untuk kelompok kata yang hubungan antara unsur-unsurnya bersifat tidak mengikat. Sedangkan yang dimaksud dengan kelompok erat adalah kelompok yang hubungan antara unsur-unsurnya bersifat erat dan  tidak dapat dipisahkan. Kalau dibandingkan dengan peristilahan yang digunakan Alisyahbana, maka kelompok longgar sama dengan yang bukan kata majemuk dan kelompok erat sama dengan kata majemuk.
C.A. Mees (1957) menggunakan istilah kata majemuk dan aneksi. Istilah kata majemuk dimaksudkan untuk gabungan kata yang memiliki makna idiomatik, persis sama dengan yang digunakan Alisyahbana. Sedangkan istilah aneksi dimaksudkan untuk menyebut gabungan kata yang maknanya masih dapat ditelusuri secara gramatikal, seperti lukisan Yusuf memiliki makna lukisan milik Yusuf atau lukisan buatan Yusuf. Jadi, C.A. Mees menggunakan istilah kata majemuk untuk komposisi yang bermakna idiomatik, dan aneksi untuk komposisi yang bukan bermakna idiomatikal.
Sementara itu dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan bentuk-bentuk seperti duta besar, kambing hitam, rumah saki disebutnya gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk. Pernyataan ini tentu menimbulkan banyak masalah, sebab bentuk seperti duta besar dimaksudkan dalam satu konsep dan istilah.
Kridalaksana (1989) menyamakan istilah komposisi sama dengan perpaduan atau pemajemukan, yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Hasil proses itu disebut paduan leksem atau kompositum, yang menjadi calon kata majemuk. Kridalaksana (1989) juga menjelaskan kalau kata majemuk yang berasal dari paduan leksem atau kompositum adalah hasil proses morfologi, maka yang disebut frase adalah hasil proses sintaksis. Frase dibentuk dari pemaduan kata dengan kata, bukan leksem dengan leksem. Jadi, dengan kata lain kalau komposisi adalah masalah morfologi, maka frase adalah masalah sintaksis. Oleh karena itu, ada kemungkinan adanya sebuah data kebahasaan bila dilihat dari segi morfologi sebagai sebuah komposisi, tetapi kalau dilihat dari segi sintaksis sebagai sebuah frase.
2. Aspek simantik komposisi
Menurut Abdul Chaer (2008:212) tujuan utama membentuk komposisi adalah untuk menampung atau mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan kita tetapi belum ada wadahnya dalam bentuk sebuah kata. Dilihat dari usaha untuk menampung konsep-konsep ini dapat dibedakan adanya lima macam komposisi.
Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat, sehingga membentuk komposisi yang koordinatif. Misalnya, penggabungan dasar makan dan dasar minum menjadi komposisi makan minum. Makna gramatikal hasil penggabungan koordinatif bisa dan bisa juga atau tergantung pada konteks kalimatnya; bisa juga bermakna idiomatik.
Contoh lain:
Baca tulis (baca dan tulis)
Pulang pergi (pulang dan pergi)
Sendok garpu (sendok atau garpu)
Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabung tidak sederajat, sehingga melahirkan komposisi yang subordinatif. Dalam komposisi ini unsur pertama merupakan unsur utama dan unsur kedua merupakan unsur penjelas. Misalnya dasar sate sebagai unsur utama digabung dengan dasar ayam sebagai unsur penjelas menjadi komposisi sate ayam yang bermakna gramatikal sate yang berbahan daging ayam. Contoh lain, dasar sate digabung dengan dasar Madura menjadi komposisi sate Madura yang bermakna gramatikal sate yang berasal dari Madura.
Makna gramatikal komposisi subirdinatif ini memang tergantung pada komponen makna yang dimiliki unsur kedua. Seperti pada contoh diatas pada sate ayam, dasar ayam memiliki komponen makna (+ bahan); pada contoh kedua dasar madura memiliki komponen makna (+tempat).
Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang maknanya sudah pasti, sudah tertentu, meskipun bebas dari konteks kalimatnya, karena sebagai istilah hanya digunakan dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Makna istilah dalam komposisi ini tidak ditentukan oleh hubungan kedua unsurnya, melainkan ditentukan oleh keseluruhannya.
Beberapa contoh istilah dalam bentuk komposisi:
Istilah Olahraga:
Tolak peluru
Angkat besi
Terjun payung
Istilah Linguistik:
Fonem vocal
Morfem bebas
Frase endosentrik
Istilah Politik:
Suaka politik
Hak angket
Hak pillih
Istilah Pendidikan:
Buku ajar
Tahun ajaran
Guru bantu
Istilah Agama (Islam):
Hadis shahih
Ayat kursi
Wali hakim
Komposisi pembentuk idiom, yakni penggabungan dasar dengan dasar yang menghasilkan makna idiomatik, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal dan maupun gramatik. Misalnya, penggabungan meja dengan dasar hijau yang menghasilkan komposisi meja hijau dengan makna pengadilan. Berikut adalah contoh komposisi idiomatik lainnya:
Memeras keringat (bekerja keras)
Membanting tulang (bekerja keras)
Menjual gigi (tertawa keras-keras)
Sebetulnya, ada dua macam bentuk komposisi idiomatik, yaitu, pertama, yang berupa idiom penuh dimana semua unsurnya merupakan satu kesatuan, seperti contoh diatas. Yang kedua adalah idiom sebagian, yaitu idiom yang salah satu unsurnya masih bermakna leksikal misalnya.
Daftar hitam, daftar yang berisi nama-nama orang yang diduga berbuat salah
Baju kebesaran, baju berkenaan dengan kepangkatan
Gaji buta, gaji yang diterima meskipun sudah tidak bekerja.
Komposisi yang menghasilkan nama, yakni yang mengacu pada sebuah wujud dalam dunia nyata. Misalnya, Griya Matraman, Stasiun Gambir dan Selat Sunda.
3. Pengembangan komposisi
Menurut Abdul Chaer (2008:215) maksud utama pembentukkan komposisi adalah untuk mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan nyata tetapi belum ada kosakatanya dalam bentuk tunggal. Pada tahap pertama tentunya komposisi baru berupa penggabungan dua buah dasar, seperti dasar kereta dengan dasar api menjadi komposisi kereta api. Namun, kemudian akibat perkembangan teknologi dan budaya kereta api dapat digabungkan lagi dengan dasar ekspres sehingga menjadi kereta api ekspres. Selanjutnya, komposisi kereta api ekspres dapat digabung lagi dengan dasar malam menjadi komposisi kereta api ekspres malam. Malah kemudian komposisi  kereta api ekspres malam ini dapat digabung lagi dengan komposisi luar biasa sehingga menjadi kereta api ekspres malam luar biasa. Dilihat dari segi semantik, semakin luas komposisi itu maka maknanya semakin sempit.
B. Komposisi Nomina
Komposisi nomina adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori nomina. Misalnya, komposisi kakek nenek dan baju baru pada kedua kalimat berikut:
Kakek nenek pergi berlebaran.
Mereka memakai baju baru.
Pengisi fungsi subjek komposisi kakek nenek berkatagori nomina dan pengisi fungsi objek komposisi baju baru juga berkategori nomina. Komposisi nominal dapat dibentuk dari dasar:  nomina+ nomina, kakek nenek+meja kayu.
NO.
PEMBENTUK
KATA DASAR

1.
Nomina+nomina
Kakek nenek, mejakayu, dan sate kambing.

2.
Nomina+verba
Meja makan, buku ajar, dan ruang tunggu.

3.
Nomina+adjektiva
Guru muda, mobil kecil, dan meja hijau.

4.
Adverbia+nomina
Bukan uang, banyak buaya, dan beberapa murid.

1. Komposisi Nominal Bermakna Gramatikal
Menurut Abdul Chaer (2008:217)makna gramatikal adalah makna yang muncul dalam proses penggabungan dasar dengan dasar  dalam pembentukan sebuah komposisi. Makna gramatikal pembentukan komposisi nominal antara lain:
NO.
MAKNA GRAMATIKAL
PENJELASAN
KOMPONEN MAKNA
CONTOH KATA

1.
gabungan biasa
kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan.
a.(+pasangan antonym relasional).
b.(+anggota dari satu medan makna).
Misalnya, a. ayah ibu , guru murit.
b. topan badai, sawah lading.

2.
Bagian
kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ bagian dari unsur kedua) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+keseluruhan yang mencakup unsur pertama).
Misalnya, awal tahun, akhir bulan.

3.
kepunyaan atau pemiliki
kedua unsurnya dapat disisipkan kata milik.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+benda termiliki) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+insan),(+yang diinsankan) atau (+pemilik).
Misalnya, Sepatu adik.

4.
asal bahan
kedua unsurnya dapat disisipkan kata tersebut dari.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+bahan pembuat unsur pertama).
Misalnya, cincin emas,sate ayam.

5.
asal tempat
kedua unsurnya dapat disisipkan kata berasal dari.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+tempat berasalnya unsur pertama).
Misalnya, Sate padang, jeruk bali.

6.
bercampur atau dicampur dengan
kedua unsurnya dapat disisipkan kata bercampur.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+pencampur pada unsur pertama).
Misalnya, teh susu, roti keju.

7.
hasil buatan
kedua unsurnya dapat disisipkan kata buatan.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+pembuat unsur pertama).
Misalnya, puisi Chairil.

8.
tempat melakukan sesuatu 
kedua unsurnya dapat disisipkan kata tempat.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ruang) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+tindakan).
Misalnya, kamar periksa,rumah makan.

9.
kegunaan tertentu
kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+kegunaan) dan komponen kedua memiliki komponen makna (+tindakan).
Misalnya uang belanja, mobil dinas.

10.
bentuk
kedua unsurnya dapat disisipkan kata berbentuk.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+benda) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+bentuk) atau (+wujud).
Misalnya, meja bundar, rumah mungil.

11.
jenis
kedua unsurnya dapat disisipkan kata jenis.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ benda generik),sedangkan unsur kedua memiliki komponen makna (+benda spesifik).
Misalnya,mobil sedan, pisau  lipat.

12.
keadaan
kedua unsurnya dapat disisipkan kata dalam keadaan.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+benda) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+keadaan).
Misalnya, mobil rusak,daerah kumuh.

13.
seperti atau menyerupai
kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti atau serupa.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+benda buatan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ciri khas benda).
Misalnya, gula pasir,akar rambut.

14.
jender atau jenis klamin

kedua unsurnya dapat disisipkan kata berkelamin.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+makhluk) dan komponen kedua memiliki komponen makna (+gender).
Misalnya,ayam jantan, sapi betina.

15.
model
kedua unsurnya dapat disisipkan kata model.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ benda buatan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+cirri khas dari sesuatu).
Misalnya, celana jengki, topi koboi.

16.
memakai atau menggunakan
kedua unsurnya dapat disisipkan kata memakai.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+benda alat) dan unsur kedua memakai komponen makna (+bahan yang digunakan).
Misalnya, kapal layar,mesin uap.

17.
yang di
kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang dimakna gramatikal yang di
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+perlakuan terhadap unsur pertama).
Misalnya, anak angkat,ayam goring.

18.
ada di
kedua unsurnya dapat disispkan kata di.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+kegiatan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ruang) atau (+tempat).
Misalnya,bajak laut, kapal udara.

19.
yang (biasa) melakukan
kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang melakukan atau yang mengerjakan.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+pelaku) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan) atau (+ kegiatan).
Misalnya, jago balap,jago makan.

20.
wadah atau tempat
kedua unsurnya dapat disisipkan kata wadah atau tempat.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+wadah) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+benda berwadah).
Misalnya,kaleng cat,botol kecap.

21.
letak atau posisi
kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang berada di.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+posisi).
Misalnya,pintu depan,ruang dalam.

22.
mempunyai atau dilengkapi dengan
kedua unsurnya dapat disisipkan kata mempunyai atau dilengkapi dengan.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ benda alat) dan komponen kedua memiliki komponen makna (+pelengkap).
Misalnya, kursi roda.

23.
jenjang,tahap atau tingkat
kedua unsurnya dapat disisipkan kata tahap atau tingkat.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+kegiatan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+tahap) atau (+tingkatan).
Misalnya,sekolah dasar, pemain pemula.

24.
rasa atau bau
kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang rasanya atau yang baunya.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+benda rasa) atau (+benda bau).
Misalnya,kacang asin, gulai pedas.

2. Komposisi Nominal Bermakna Idiomatikal
Menurut Abdul Chaer (2008:222) Komposisi nominal memiliki makna idiomatik,baik berupa idiom penuh maupun berupa idiom sebagian. Idiom penuh artinya seluruh komposisi itu memiliki makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun secara gramatikal. Misalnya, orang tua,dalam arti ayah ibu.
Makna  idiomatik baru akan jelas apabila berada dalam konteks kalimatnya. Misalnya:
Semua orang tua murid sudah hadir di aula. Adalah bermakna idiomatik sedangkan komposisi orang tua dalam kalimat.
siapa nama orang tua yang duduk di sana itu?. Bukan bermakna idiomatik. Menurut para ahli tat bahsa tradisional, komposisi yang bermakna idiomatik inilah yang mereka sebut kata majemuk.
Menurut Abdul Chaer (2008:222) komposisi yang berupa idiom sebagian adalah yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya,seperti komposisi daerah hitam. Kata daerah pada komposisi daerah hitam masih memiliki makna leksikalnya. Sedangkan makna idiomatik adalah kata hitam.

3. Komposisi Nominal Metaforis
Menurut Abdul Chaer (2008:223) ada komposisi nominal yang salah satu unsurnya digunakan secara metaforis, yakni dengan mengambil salah satu komponen makna yang dimiliki oleh unsur tersebut. Misalnya,unsur kaki pada komposisi kaki gunung diberi makna metaforis dari komponen makna kaki (+terletak pada bagian bawah).
Contoh komposisi nomina metaforis lainnya:
kaki mobil
cacatan kaki
kepala surat

4. Komposisi Nominal Nama dan Istilah
Menurut Abdul Chaer (2008:224) ada komposisi nomina yang berupa nama atau istilah. Sebagian nama atau istilah komposisi ini tidak bermakna gramatikal,tidak bermakna idiomatik,juga tidak bermakna metaforis.
Contoh komposisi yang berupa nama atau istilah diberikan:
hotel Indonesia (buku ajar)
IKIP Jakarta (lepas landas)
Apotik Rini (suku cadang)

5. Komposisi Nominal dengan Adverbia
Menurut Abdul Chaer (2008:224) ada komposisi yang dibentuk dari kelas adverbia dan kelas nomina. Makna komposisi nominal dengan adverbial ditentukan oleh makna leksikal. Adverbial yang menyatakan negasi yaitu bukan, tiada; dan tanpa dan adverbial menyatakan jumlah yaitu berapa, banyak, sedikit, sejumlah, jarang, kurang. Misalnya, bukan anjing,  tiada air.

C. Komposisi Verbal
Menurut Abdul Chaer (2008:225) komposisi verba adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal. Misalnya komposisi menyanyi menari dapat berupa kalimatbrikut:
mereka menyanyi menari sepanjang malam.
Dia datang menghadap kepalasekolah.

Komposisi dapat dibentuk dari dasar:
NO.
PEMBENTUK
CONTOH KATA

1.
Verba +verba     
menyanyi menari, datang menghadap, duduk termenung.

2.
Verba + nomina
gigit jari,membanting tulang,makan tangan.

3.
Verba +ajektifa
lompat tinggi,lari cepat,berkata keras.

4.
Adverbial + verba
sudah makan,tidak datang, belum jumpa.

1. Komposisi Verbal Bermakna Gramatikal
Menurut Abdul Chaer (2008:226) proses pembentukan komposisi verbal muncul beberapa makna gramatikal,antara lain adalah makna yang menyatakan:
NO.
MAKNA GRAMTIKAL
PENJELAS
KOMPONEN
CONTOH KATA

1.
gabungan biasa
kedua unsurnya dapat disipkan kata dan.

a.kedua unsurnya memiliki komponen makna yang sama,sebagai dua buah kata bersinonim. b.kedua unsurnya merupakan anggota dari satu medan makna.
c.kedua unsurnya merupakan pasangan berantonim.
a.misalnya,bimbang ragu,bujuk rayu,caci maki.
b.misalnya, belajar mengajar.
c.misalnya,jual beli,jatuh bangun.

2.
gabungan mempertentangkan
kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau. kedua unsurnya merupakan pasangan berantonim.

Misalnya,hidup mati,gerak diam,pulang pergi.

3.
sambil
kedua unsurnya dapat disisipkan kata sambil.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+gerak),sedangkan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+gerak).
Misalnya, datang membawa,datang menangis.

4.
lalu
kedua unsurnya dapat disisipkan kata lalu.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ gerak) unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ gerak).
Misalnya,datang berteriak-teriak, datang marah-marah.

5.
untuk

kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ gerak) unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran).
Misalnya, datang meangih(hutang), pergi membayar (pajak).

6.
dengan
kedua unsurnya dapat disisipkan kata dengan.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ gerak) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tinadakan) dan (+ keadaan).
Misalnya, datang merangkak,ngesot,datang.

7.
secara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata secara.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+tindakan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ cara).
Misalnya, terjun bebas, makan besar-besaran,lari cepat.

8.
alat
kedua unsurnya dapat disisipkan kata alat.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ alat) atau (+ yang digunakan).
Misalnya, balap mobil, balap sepeda, lempar lembing.

9.
waktu
kedua unsurnya dapat disisipkan kata waktu.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ kegiatan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ saat) atau (+ ketika).
Misalnya, ronda malam, jaga malam, apel pagi. 

10.
karena
kedua unsurnya dapat disisipkan kata karena.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ kejadian) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ penyebab).
Misalnya, cerai mati, mabuk laut, mabuk udara.

11.
terhadap
kedua unsurnya dapat disisipkan kata terhadap atau akan.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ peristiwa) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ bahaya).
Misalnya, kedap air, kedap suara, tahan panas.

12.
menjadi
kedua unsurnya dapat disisipkan kata menjadi.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ penyebab) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ akibat).
Misalnya, jatuh cinta, jatuh sakit, jatuh miskin.

13.
sehingga
kedua unsurnya dapat disisipkan kata sehingga atau sampai.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ kesudahan).
Misalnya, tembak mati, tembak jatuh, beri tahu.

14.
menuju
kedua unsurnya dapat disisipkan kata ke atau menuju.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ gerak arah) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ arah tujuan).
Misalnya, belok kiri, naik darat, pulang kampung.

15.
arah kedatangan

kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ gerak arah) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tempat kegiatan).
Misalnya, pulang kantor, pulang kerja, usai sekolah.

16.
seperti
kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti atau sebagai.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ keadaan) dan unsu kedua memiliki komponen makna (+ perbandingan).
Misalnya, lurus tabung, mati kutu, buta ayam.

2. Komposisi Verbal Bermakna idiomatikal
Menurut Abdul Chaer (2008:229) ada komposisi verbal yang bermakna idiomatikal, yaitu makna yang tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya, makan garam dalam arti pengalaman, makan kerawat dalam arti sangat miskin.
Komposisi verba bermakna idiomatikal ini berstruktur  verba + nomina atau berupa klausa predikat + objek atau objek + pelengkap. Namun maknanya bukan makna gramatikal atau makna sintaktikal melainkan makna idiomatikal tersebut.
Berkenaan dengan konstruksi predikat + objek ini, maka makna verba yang menjadi predikat itu sangat bergantung pada nomina, sebagai objek yang mengikutinya. (a) bermakna gramatikal, contoh: makan tempe, makan tahu. (b) bermakna idiomatical, contoh: makan tangan, makan hati. (c) bermakna polisemi, contoh: makan ongkos, makan waktu.
3. Komposisi Verbal dengan Adverbia
  Menurut Abdul Chaer (2008:231) verba sebagai pengisi fungsi predikat dalam sebuah klausa sering kali didampingi oleh sebuah adverbial atau lebih. Adverbial pendamping verba adalah :
NO.
ADVERBIA
KATA

1.
negasi
tidak, tak, tanpa.

2.
Kala
sudah, sedang, akan, tengah lagi

3.
Keselesaian
sudah, sedang, tengah, belum

4.
Aspectual
boleh, wajib, harus, dapat, ingin, mau

5.
Frekuensi
sering, jarang, pernah, acapkali

6.
Kemunkinan
mungkin, pasti, barang kali, boleh jadi

    verba di dampingi oleh dua adverbia atau lebih berikut adalah contoh komposisi dengan kelas adverbia :
tidak makan
harus datang
tidak akan makan

D. Komposisi Ajektiva
Menurut Abdul Chaer (2008:231) komposisi adjektival adalah komposisi yang pada satuan klausa, berkategori ajektifa. Misalnya, komposisi cantik molek dan kaya miskin dalam klausa berikut:
Gadis yang cantik moleh itu duduk termenung.
Kaya miskin dihadapan Allah sama saja.
    Komposisi ajektifal dapat dibentuk dari dasar :
NO.
PEMBENTUK
CONTOH KATA

1.
Ajektifa + ajektifa
tua muda, besar kecil, dan putih baru.

2.
Ajektifa + nomina
merah darah, keras hati, dan biru laut.

3.
Ajektifa + verba
takut pulang, malu bertanya, dan berani pulang.

4.
Adverbia + ajektifa
tidak berani, sangat indah, dan agak nakal. 

1. Komposisi Ajektival Bermakna Gramatikal
Menurut Abdul Chaer (2008:232) dalam proses pembentukannya muncul sejumlah makna gramatikal, antara lain, adalah makna yang menyatakan :
NO.
MAKNA GRAMATIKAL
PENJELASAN
KOMPONEN MAKNA
CONTOH KATA

1.
gabungan biasa,
kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan.
a.    Memiliki komponen makna yang sama sebagai pasangan bersinonim.
b.    Memiliki komponen makna yang berkebalikan sebagai pasangan berantonim atau beroposisi.
c.    Memiliki komponen makna yang sejalan atau tidak bertentangan.
a. Misalnya, cantik molek, gagah berani, segar bugar.
b. Misalnya, tua muda, besar kecil, baik buruk.
c. Misalnya, bulat panjang, gemuk pendek, tinggi kurus.

2.
alternatif atau pilihan
kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau.
kedua unsurnya memiliki komponen maka yang bertentangan sebagai pasangan berantonim.
a. catatan pertama, untuk kata yang tidak memiliki pasangan antonim, maka digunakan adverbia negasi tidak.
b. komposisi dari dua buah unsur yang komponen maknanya berkebalikan, tetapi bukn merupakan antonim, disisipi kata tetapi di antara unsurnya.
Misalnya, buruk baik, panjang pendek kalah menang.
a. jujur tidaknya, dusta tidaknya.
b. nakal tetapi pandai, bodoh tetapi rajin.

3.
seperti
kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ warna) sedangkan unsur kedua memiliki komponen makna (+ benda berwarna).
Misalnya, merah jambu, merah darah, hijau daun.  

4.
serba
apabila kedua unsurnya berupa dasar yang sama. untuk membedakan maknanya, perlu contoh dalam bentuk kalimat. Berikut kalimat (a) adalah komposisi dan kalimat (b) adalah reduplikasi.

memiliki komponen makna yang sama.
a.       Mereka memakai pakaian putih-putih.
Warna seragam mereka biru-biru
Senjatanya hanya pentungan bulat-bulat.
b.      Putih-putih harus dibawanya
kumpulkan yang biru biru,yang lainnya buang saja.
Bulat-bulat ditelannya anak ikan itu.

5.
‘untuk
kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ sikap batin) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ kejadian) atau (+ peristiwa).
Misalnya, takut mati, takut pulang, berani mati.

6.
kalau
kedua unsurnya dapat disisipkan kata kalau.
Apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna (+ perasaan batin) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan).
Misalnya, sedih mendengar, senang meihat.

2. Komposisi Ajektival Bermakna Idiomatikal
Menurut Abdul Chaer (2008:234 ada komposisi ajektival bermakna idiomatikal, yakni makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya, panjang usus dalam arti sabar, tinggi hati dalam arti angkuh.
3. Komposisi Ajektival Bermakna Adverbial
Menurut Abdul Chaer (2008:231) ada dua macam adverbial yang mendampingi ajektiva untuk membentuk komposisi ajektival, yaitu:
Adverbia negasi : tidak.
Adverbia derajat : agak, sama, lebih, kurang, sangat, amat, sekali.
Contoh-contoh pemakaian :
tidak bagus, tidak baik, tidak mudah, tidak lurus, dan tidak cantik.
Agak tinggi, agak lurus, sama baik, sama tinggi, lebih jauh, lebih muda, kurang indah, kurang rapat, sangat panjang, sangat lurus, amat baik, amat nakal, merah sekali, dan tua sekali.
KATA MAJEMUK
A. Pengertian Proses Pemajemukan
Menurut Masnur Muslich (2010:57) proses pemajemukan atau komposisi adalah peristiwa bergabungnya dua morfem dasar atau lebih secara padu dan menimbulkan arti yang relatif baru. Hasil proses ini disebut bentuk majemuk. Misalnya kamar tidur, buku tulis, kaki tangan. Bentuk-bentuk majemuk itu masing-masing terdiri atas perpaduan bentuk dasar kamar dan tidur, buku dan tulis, kaki dan tangan.
Menurut Masnur Muslich (2010:57) bentuk majemuk dalam bahasa Indonesia ini, ada dua pendapat, yaitu pendapat yang mengatakan bahwa dalam bahasa Indonesia ada bentuk majemuk dan pendapat yang mengatakan bahwa dalam bahasa Indonesia tidak ada bentuk majemuk.
Namun, disini Masnur Muslich mengikuti pendapat bahwasannya dalam bahasa Indonesia terdapat atau ada bentuk majemuk, karena sampai sekarang masih dapat dipertanggungjawabkan secara keilmubahasaan. Seperti yang beliau terangkan di dalam bukunya Tata Bentuk Bahasa Indonesia (2010:57). 
Menurut Masnur Muslich (2010:57) adanya pendapat tidak ada bentuk majemuk adalah karena dilatarbelakangi oleh anggapan bahawa tidak ada perbedaan struktur antara unsur-unsur dalam frase dan bentuk majemuk.
Menurut Masnur Muslich (2010:58) bentuk majemuk dan frase sepintas lalu sukar dibedakan sebab paling tidak keduanya terdiri atas dua bentuk dasar. Berikut akan dijelaskan ciri lahirnya perbedaan frase dan bentuk majemuk, yaitu:
Kontruksi kamar tidur dengan adik tidur, kedua kontruksi tersebut sama-sama terdiri atas unsur yang berkelas kata benda dan kata kerja. Apabila suatu kontruksi frase berunsur fungsi predikatif dan atributif. Ciri bahwa suatu kontruksi frase mempunyai fungsi predikatif adalah di antar unsurnya dapat disisipi bentuk-bentuk yang menyatakan aspek (misalnya akan, telah, sedang). Sedangkan, ciri bahwa suatu kontruksi frase mempunyai fungsi atributif apabila di antara unsurnya dapat disisispi bentuk yang atau tidak. Berikut contoh-contoh yang termasuk frase dan bentuk majemuk:
Kamar sedang tidur (bentuk majemuk)
Adik sedang tidur (frase)
Meja yang makan (bentuk majemuk)
Saya yang makan (frase)
kontruksi kaki tangan dan meja kursi, keduanya merupakan kontruksi yang unsur-unsurnya berkelas kata benda. Kontruksi frase yang semua unsurnya berkelas kata benda biasanya mempunyai fungsi posesif dan koordinatif. Ciri bahwa suatu kontruksi frase mempunyai fungsi posesif adalah di antar unsurnya dapat disisipi bentuk nya atau kata milik. Sedangkan ciri bahwa suatu kontruksi frase mempunyai fungsi koordinatif apabila di antara unsurnya dapat disisipi dengan bentuk dan. Berikut contoh-contoh  yang termasuk frase dan bentuk majemuk:
Mata nya air (bentuk majemuk)
Mata nya orang (frase)
Mata milik air (bentuk majemuk)
Mata milik orang (frase)
B. Ciri Kata yang Mengalami Proses Pemajemukan
Menurut Masnur Muslich (2010:59) ciri-ciri bentuk majemuk dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari sifat kontruksinya dan sifat unsurnya.
Dilihat dari segi sifat kontruksinya bentuk majemuk tergolong kontruksi pekat. Karena kepekatannya itu, antara unsur-unsurnya tidak dapat disisipi bentuk atau unsur lain. Kepekatan itu terlihat adanya perlakuan terhadap unsur-unsurnya yang dianggap sebagai satu kesatuan bentuk. Buktinya apabila mendapatkan atau bergabung dengan afiks, ia diperlakukan sebagai satu bentuk dasar (yang unsur-unsurnya tidak terpisah). Misalnya, apabila afiks {meN-kan} bergabung dengan bentuk dasar hancur lebur, mejadi menghancurleburkan. Tetapi bukan menghacncur lebur atau hancur leburkan.
Bentuk-bentuk majemuk tertentu mudah sekali dikenal sebab artinya memang benar-benar berbeda. Atau sama sekali tak berhubungan dengan arti dari setiap unsur pembentuknya. Contohnya kambing hitam yang sama sekali tak berhubungan makna dengan kambing dan hitam.
Sifat kontruksi lainnya adalah kontruksi bentuk majemuk tetap. Maksudnya, kontruksinya tidak dapat dipertukarkan. Jadi kalau kontruksi itu berupa KB+KK, misalnya dalam kamar tidur tidak dapat diubah menjadi KK+KB sehingga menjadi tidur kamar.
Dilihat dari segi sifat unsurnya, bentuk majemuk dalam bahasa Indonesia lebih banyak yang berunsur bentuk-bentuk yang belum pernah mengalami proses morfologis. Misalnya kamar kerja, terima kasih, jual beli. Menurut Masnur Muslich lebih sedikit bentuk majemuk yang unsurnya sudah mengalami proses morfologis, khususnya afiksasi. Misalnya membabi buta, bertekuk lutut merupakan bentuk majemuk karena terbukti dari kepekatan susunannya, tetapnya urutan kontruksinya, dan barunya arti yang ditimbulkan.
C. Jenis Pemajemukan dalam Bahasa Indonesia
Menurut Masnur Muslich (2010:62) dilihat dari hubungan unsur-unsur yang mendukungnya, bentuk majemuk dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu:
Bentuk majemuk yang unsur pertam diterangkan (D) oleh unsur kedua (M)
Karmadharaya, adalah apabila unsur yang kedua (sebagai M) berkelas kata sifat. Contoh: orang kecil (rakyat jelata), hari besar (hari yang diperingati secara nasional), meja hijau (pengadilan)
Tatpurusa, adalah apabila unsur yang kedua (M) berkelas selain kata sifat. Contoh: meja tulis, ruang tamu, kamar mandi.
Bentuk majemuk yang unsur pertama menerangkan (M) unsur kedua (D). pada umum berasal dari unsur serapan, terutama dari bahsa Sanskerta. Misalnya perdana menteri, bumiputra, purbakala, dan sebagainya.
Bentuk majemuk yang unsur-unsurnya tidak saling menerangkan, tetapi hanya merupakan rangkaian yang sejajar (kopulatif). Biasa disebut dwandwa. Apabila dilihat dari hubungan makna antarunsurnya ada yang setara, berlawanan, dan ada yang bersinonim. Misalnya:
Hubungan setara: kaki tangan, daya juang, tanggug jawab
Hubungan berlawanan: jual beli, simpan pinjam, ibu bapak
Hubungan bersinonim: hancur lebur, pucat pasi, sanak saudara
Klasifikasi selanjutnya didasarkan pada kontruksi kelas katanya. Dari penelitian Samsuri (1988:98-101), bisa disimpulkan bahwa kata majemuk bahasa Indonesia bisa diklasifikasikan ke dalam sembilan kelompok, yaitu:
KB-KB: tuan tanah, kepala batu, mata keranjang, tanah air
KB-KK: roti bakar, kursi goyang, kamar tidur, ayam sabung
KB-KS: kursi malas, hidung belang, kepala dingin, bini muda
KK-KB: tolak peluru, tusuk jarum, masuk angin, balas budi
KK-KK: turun minum, temu karya, pukul mundur, pulang pergi
KK-KS: tertangkap basah, tahu beres, adu untung
KS-KB: gatal mulut, haus darah, tinggi hati, besar kepala
KS-KK: salah ambil, salah lihat, buruk sangka
KS-KS: panjang lebar, tua renta, lemah lembut, kering kerontang.
Menurut pengalamannya, Masnur Muslich (2010:63) menjelaskan bahwa selain sembilan jenis tersebut masih ada setidaknya sebelas kelompok kata majemuk yang contoh masing-masingnya memang amat terbatas. Sebelas kelompok yang dimaksud sebagai berikut:
KB-Kbil (kata bilangan): langkah seribu, roda dua
KBil-KB: setengah hati, perdana menteri
KBil-KBil: sekali dua (pernah tapi jarang)
KKet-KB: sebelah mata (remeh)
KB-Kket: negeri seberang
KB-KK-KBil: hewan berkaki seribu
KB-KB-KBil: pedagang kaki lima
KB-Kket-KK: apa boleh buat
KBil-KBil-KB: setali tiga uang
KB-KK-KB: senajata makan tuan
KBil-KK: setengah mati.
Demikianlah penjelasan menurut Masnur Muslich mengenai proses pemajemukan kata.
Kata Majemuk dengan Unsur yang Berupa Morfem Unik
Menurut Ramalan (2009:81) jenis bentuk majemuk atau kata majemuk ada yang terbentuk dengan unsur yang berupa morfem unik. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
Ada beberapa kata majemuk yang salah satu dari unsurnya berupa morfem unik, ialah morfem yang hanya berkombinasi dengan satu satuan tertentu. Misalnya kata simpang siur. Kata majemuk ini terdiri unsur simpang yang tidak merupakan morfem unik karena di samping simpang siur terdapat menyimpang, persimpangan, simpang lima, dan unsur siur yangmerupakan morfem unik karena satuan ini tidak dapat berkombinasi dengan satuan lain kecuali dengan simpang. Contoh lainnya misalnya sunyi senyap, gelap gulita, terang benderang, dengan senyap, gulita, dan benderang sebagai morfem unik.

Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Muslich, Masnur. 2010. c. Jakarta: Bumi Aksara
Ramlan. M. 2009. MORFOLOGI. Yogyakarta: C.V. KARYONO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar